Sabtu, 16 Juni 2012

Sejarah Letusan Gunung Gede


Di hari yang cerah dengan sedikit upaya naik ke atap (bagi yang rumahnya hanya satu lantai), di selatan dari Jakarta terlihat kebiru-biruan siluet deretan gunung  Gede-Pangrango dan gunung Salak.  Kedekatannya dengan ibukota, menjadikan gunung-gunung tersebut ramai di kunjungi ketika libur tiba untuk sejenak meninggalkan penatnya kota. Terutama sekali di kawasan puncak, yang merupakan kaki gunung Gede-Pangrango.

Tapi tahukah kita, bahwa  gunung Gede merupakan gunung yang masih aktif normal, dan memiliki sejarah letusan yang dahsyat. Hal ini bisa menjadi pengingat kita untuk selalu waspada terhadap aktifitas gunung Gede, karena sewaktu-waktu letusan gunung Gede bisa saja menyapa kembali.

Sebagai bagian dari busur pegunungan yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa sampai Sunda Kecil (Nusa Tenggara) merupakan deretan pegunungan yang terbentuk pada periode Quartener sekitar 3 juta tahun yang lalu. Dengan demikian secara geologis kedua gunung tersebut dapat dikatakan masih relative muda.

Menurut Neumann Van Padang (1951) Gede-Pangrango membentuk gunung api kembar dengan Gunung Pangrango (3019 m dpl) yang lebih tua dan lebih padam. Sedangkan Gunung Gede masih semi aktif yang ditandai dengan kawahnya yang masih mengeluarkan fumarol. Gunung Gede memiliki nama panggilan lain Gedeh, Ageung, dan Agung. Sedangkan kawahnya ada 4 yaitu Kawah Ratu, Kawah Lanang, Kawah Wadon, dan Kawah Baru yang semuanya masih aktif.

Di bawah ini terdapat data-data aktifitas Gunung Gede yang pernah terjadi pada masa lalu, menurut catatan Direktorat Vulkanologi Indonesia:
  • 1747 -  1748 : Dalam tahun ini terjadi letusan hebat dan menghancurkan
  • 1761 : Terjadi letusan kecil, hanya sedikit abu gunung api yang dikeluarkan
  • 1832 : 29 Agustus, awan asap raksasa mengepul dari atas kawah, sedemikian tinggi sehingga terlihat di Bogor.  Antara pukul 11.00 dan 12.00 terjadi hujan abu lebat yang tertiup angin hingga Jakarta. Abu-nya sangat halus dan kehitam-hitaman
  • 1840 : terjadi beberapa letusan besar. Pada tanggal 12 November pukul 03.00 tiba-tiba terjadi letusan hebat, semburan api setinggi kurang lebih 50 m diatas kawah. Sejumlah batu api disemburkan dari kawah dan sebuah tiang asap hitam naik tinggi ke udara, di Bogor turun hujan abu. 14 November abunya di tiup angin sejauh sekitar 20 km. 22 November pukul 01.00 tanah bergetar dan terdengar suara keras selama asap dan bongkahan puing lava di muntahkan. Keesokan harinya seakan-akan puncak gunung menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar. Paroksisma ( letusan yang tidak mengeluarkan lahar) terjadi pada tanggal 1 Desember. Pagi-pagi pukul 06.00 terdengar suara bagaikan Guntur, tiang api menjulang setinggi 200 m diatas kawah, awan asapnya mencapai tinggi sekitar 200 m di atas puncak gunung.  3 Desember pukul 18.00 dan tanggal 11 Desember pukul 02.00 letusan serupa terjadi lagi yang terakhir disusul dengan hujan abu.
  • 1843 : 28 Juli sekitar pukul 23.30 terjadi hujan abu tipis
  • 1845 : 23 Januari sekitar pukul 10.30 tampak sebuah tiang asap naik dari kawah, disertai suara gemuruh. Hal serupa terulang pada tanggal 5 Maret pukul 22.30
  • 1847 : Malam hari tanggal 17 – 18 Oktober hujan abu tipis jatuh di Bogor
  • 1848 : 8 Mei di pagi hari tiba-tiba muncul tiang asap tebal dari kawah Gunung Gede
  • 1852 : 28 Mei sejumlah batu berdiameter 2 sampai 12 cm dan abu disemburkan
  • 1853 : 14 Maret antara pukul 7.00 – 9.00 tiang awan membumbung ke udara
  • 1866 : 18 September terjadi hujan abu
  • 1870 : Agustus dan pada tanggal 29 – 30 September keluar bara api dan uap asap tebal
  • 1885 : Suara gemuruh terjadi pada bulan Januari dan Februari
  • 1886 : 10 Juni dan 16 Agustus terjadi ledakan dan dentuman yang menyebabkan hujan abu
  • 1899 : 1 – 14 Mei terdapat suara gemuruh dan sinar api di waktu malam
  • 1900 : Terjadi suara gemuruh
  • 1909 : 2 Mei terjadi hujan abu disertai suara gemuruh. Letusan ini menurut Taverne (1926) sama sekali tidak berarti dan hanya terbatas pada hujan abu yang tipis yag berlangsung hampir 1 sampai 2 hari. Newmann van padang (1951) menyebutkan bahwa letusan ini adalah letusan normal yag terjadi di pusat kawah
  • 1947 : 2 September terjadi letusan kecil dari kawah ratu. 27 September pada pukul 09.00 dan 09.30 terjadi letusan, dengan ketinggian awan sekitar 500 meter. 17 Oktober pukul 20.30, 20.40, dan 21.00 terjadi letusan pendek. 1 November pukul 13.40 juga terjadi letusan pendek. 15 November pukul 11.18 letusan dengan awan abu-abu setinggi 5 meter. 16 November pukul 06.45 terjadi letusan abu kelabu. 23 November pukul 07.00 nampak 3 letusan dengan awan letusan sampai 2500 meter tingginya.
  • 1948 : 17 Januari dan 5 Februari terjadi letusan kecil dari pusat kawah
  • 1955 : 2 Agustus pukul 00.20 asap tebal berwarna hitam tebal Nampak menyembur setinnggi 300 – 400 meter.
  • 1956 : 28 April pukul 07.00 nampak awan abu tebal berwarna hitam disertai dengan sinar berlangsung selama setengah jam.
  • 1957 : 13 Maret pukul 19.14 – 1916 terjadi letusan disertai suara gemuruh. Tinggi awan letusan sekitar 3 km di atas kawah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar